Entri Populer

Selasa, 09 November 2010

berwudhu

Cara atau jalan untuk membina mental dan rohani sungguh banyak sekali. Jalan yang pasti ialah mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengekalkannya yang disebut sebagai ibadah. Salah satu mata rantai ibadah itu adalah Wudhu'.




Kegunaan Air Wudhu




* Untuk segala macam solat hukumnya wajib.

* Untuk Thawaf di Ka'bah, thawaf apa saja, hukumnya wajib.

* Sewaktu hendak membaca Al-Qur'an hukumnya sunnat

* Sewaktu hendak tidur atau lain-lain perbuatan yang baik, hukumnya sunnat




Alat Yang Dipakai




Alat yang dipakai ialah air. Meskipun demikian, air yang digunakan untuk berwudhu' adalah air yang suci lagi menyucikan (pengertiannya?), iaitu: Air hujan, Air Sumur, Air Sungai, Air Laut, Air dari mata Air, Air Telaga, Air Danau, Air Ais, Air Ledeng.




Cara-caranya




Berniat dalam hati bahawa berwudhu' untuk..., lalu:




* Membasuh muka dengan air (cukup sekali asalkan merata ke seluruh muka)

* Basuhlan tangan hingga sampai dengan kedua siku (cukup sekali asal merata).

* Sapulah sebahagian kepala, cukup sekali saja

* Basuhlan kaki hingga sampai dengan kedua mata kaki (cukup sekali asal merata).




Bila dikerjakan seperti di atas, maka wudhu' sudah sah.




Berwudhu' yang lebih sempurna




Bila ingin berwudhu' lebih sempurna, yakni sempurna lahiriah dan sempurna pula dalam ganjaran, maka kerjakanlah tabahan-tambahannya dengan cara sebagai berikut:




1. Mulailah dengan mengucapkan Bismillaahir rahmaanir rahiim...




2. Menghadaplah kearah kiblat




3. Usahakanlah berwudhu' dengan tidak meminta bantuan orang lain, seperti menimba, dan sebagainya.




4. Basuhlah jari-jari tangan dengan menyelat-nyelatinya. Dan bagi jari yang bercincin, jam atau perhiasan yang dipakai di jari-jari lainnya, bukalah perhiasan tersebut agar air dapat merata membasahi seluruh jari-jari.




5. Berkumur-kumur.




6. Masukkanlah air ke dalam hidung, lalu keluarkanlah kembali (istinsyaq).




7. Gosoklah gigi untuk menghilangkan sisa makanan dan bau mulut yang kurang sedap.




8. Mulailah dengan anggota wudhu'yang sebelah kanan.




9. Ulangilah masing-masing sampai tiga kali (3X).




10. Ratakanlah air hingga membasahi seluruh anggota wudhu'




11. Ketika menyapu kepala, ratakan seluruhnya (letakkan ibu jari samping kiri dan kanan kepala, lalu putarlah telapak tangan dari depan ke belakang, kemudian kembali ke depan (cukup sekali).




12. Basuhlah telinga dengan memasukkan telunjuk ke lubang telinga, ibu jari dibelakang telinga.




13. Bila selesai berwudhu', hadapkan muka ke arah kiblat dan berdoalah dengan membaca:




Asyhadu an laa ilaaha illalaahu wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa Rasuuluh, Allahummaj'alnii minat tawwaa biinaa waj'alnii minal mutathahhiriin.




Aku bersaksi bahwa Tidak ada Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa sesungguhnya Muhammad itu adalah hamba-Nya dan rasul-Nya. Ya allah , masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang bertaubat, dan jadikanlah aku masuk ke dalam golongan orang-orang yang suci.




14. Lakukanlah solat sunnat wudhu' dua raka'at.




Hal-hal yang Membatalkan Wudhu'




1. Keluar sesuatu dari "dua pintu" belakang seperti buang angin (kentut), buang air besar atau kecil, haid atau nifas, dan sebaganya.




2. Hilang akal (kerana sakit, mabuk, gila dan sebagainya) .




3. Bersetubuh.

posted by Rini | 3:38 PM

Saturday, August 12, 2006

Jujur (Shiddiq)
Shiddiq (jujur, benar) adalah lawan kaa dari kidzb (bohong atau dusta). Secara morfologi, akar kata shidq berasal dari kata shadaqa, yashduqu, shadqun, shidqun. Ungkapan shaddaqahu mengandung arti qabila qauluhu 'pembicarannya diterima'. Ungkapan shaddaqahu al-hadits mengandung arti anba'ahu bi al-shidq 'ia menyampaikan berita dengan benar dan jujur'. Ada orang mengatakan shadaqtu al-qauma, yang berarti qultu lahum shidqan 'aku katakan kepada mereka secara benar atau secara jujur'. Demikian juga ancaman jika aku sampaikan kepada mereka; aku katakan shadaqtu hum 'aku berkata benar kepada mereka'.




Beberapa ayat Allah yang memeberikan ilustrasi yang jelas tentang makna (shiddiq):




1. "Agar Dia menanyakan kepada orang-orang yang jujur (benar) tentang kebenaran mereka dan Dia menyediakan bagi orang-orang kafir siksa yang pedih." (al-Akhzab:8)




2. "... Dan ibunya (Maryam) adalah seorang yang sanga benar (shiddiq)..." (al-Maa'idah:75)




3. "Dan orang yang datang membawa kebenaran (Muhammad) dan membenarkannya, mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (az-Zumar:33)




Imam al-Ghazali membagi sikap benar atau jujur (shiddiq) ke dalam enam jenis:




1. Jujur dalam lisan atau bertutur kata. Setiap orang harus dapat memelihara perkataannya. Kejujuran seperti ini hanya terjadi dalam menyampaikan berita atau pembicaraan yang mengandung berita. Menepati janji termasuk kategori kejujuran jenis ini. Bentuk jujur yang pertama ini merupakan bantuk yang paling terkenal dan fenomenal.




2. Jujur dalam berniat dan berkehendak. Kejujuran seperti ini mengacu kepada konsep ikhlas, yaitu tiada dorongan bagi seseorang dalam segala tindakan dan gerakannya selain dorongan karena Allah. Jika dicampuri dengan dorongan obsesi dari dalam jiwanya, maka batallah kebenaran niatnya. Orang yang seperti ini dapat dikatakan pembohong.

Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist Abu Hurairah yang diriwayatkan Imam Muslim sebagai berikut:




"Ketika Rasulullah saw bertanya kepada seorang alim, 'Apa yang telah kamu kerjakan dari yang telah kamu ketahui?' Ia menjawab, 'Aku telah mengerjakan hal ini dan hal itu.' Lalu Allah berkata, 'Engkau telah berbohong karena kamu ingin dikatakan bahwa si Fulan orang alim."




3. Jujur dalam berobsesi atau bercita-cita (azam). Manusia terkadang mengemukakan obsesinya untuk melakukan sesuatu. Misalnya, "Jika Allah menganugerahkan banyak harta kepadaku, aku akan sedekahkan setengahnya." Janji atau obsesi ini harus diucapkan secara jujur.




4. Jujur dalam menepati obsesi. Dalam suatu kondisi, hati terkadang banyak mengumbar obsesi. Baginya mudah saat itu untuk mengumbar obsesi. Kemudian, saat kondisi realitas sudah memungkinkannya untuk menepati janji obsesinya itu, ia memungkirinya. Nafsu syahwatnya telah menghantam keinginannya untuk merealisasikan janjinya. Hal itu sungguh bertentangan dengan kejujuran (shiddiq).




5. Jujur dalam beramal atau bekerja.




6. Jujur dalam maqam-maqam beragama. Merupakan kejujuran paling tinggi. Contohnya adalah kejujuran dalam khauf (rasa takut akan siksaan Allah), raja' (mengharapkan rahmat Allah), ta'dzim (mengagungkan Allah), ridha (rela terhadap segala keputusan Allah), tawwakal (mempercayakan diri kepada Allah dalam segala totalitas urusan), dan hubb *mencintai Allah).




"Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah, mereka itulah orang-orang yang benar (beriman sejati)." (al-Hujaraat:15)




"Kalian harus jujur, karena jujur itu bersama-sama dengan kebaktian yang sempurna (birr). Keduanya akan berada di dalam surga. Dan hati-hatilah kalian dengan berbohong karena bohong itu bersama-sama perbuatan dosa yang terus-menerus (fujur). Keduanya akan masuk neraka. Dan mintalah kalian keyakinan dan perlindungan dari segala penyakit kepada Allah. Karena seseorang setelah diberi keyakinan akan lebih baik daripada diberi perlindungan dari segala penyakit. Dan janganlah kalian saling hasut, saling membenci, saling memutuskan (tali silaturahmi), saling memebenci, saling membelakangi, serta jadilah hamba-hamba Allah yang bersaudara sebagaimana Allah perintahkan kepada kalian." (HP Bukhari, Ahmad, dan Ibnu Maajah)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar